Pages

Kutu pada Ular

Thursday, October 29, 2015




Jika teman-teman memelihara ular, lama kelamaan pasti akan mengalami masalah yang satu ini. Kutu. Iya, kutu juga bisa menyerang ular kesayangan teman-teman semua. Pada ular biasanya kutu menempel dibawah sisik, mata, atau heat sensing pit, sehingga sulit terlihat dan susah dihilangkan. Lalu bagaimana kita bisa tahu jika ular kita terinfeksi kutu? Biasanya saat kita meng-handle tangan kita akan gatal-gatal, ciri lain ular cenderung tidak tenang dan mencari tempat berendam, jika teliti secara kasat mata tampak makhluk-makhluk kecil bergerak di badan ular dan ada sisik ular yang terangkat, jika sudah akut kadang ular lemas dan mogok makan.

Sebelum beranjak lebih jauh, kita harus mengenal dulu kutu lebih dalam. Kutu merupakan binatang invertebrata dan termasuk ke dalam keluarga arachnida, sebangsa kalajengking dan laba-laba. Kutu berukuran sangat kecil. Kutu yang ditemukan pada ular akan menjadi parasit dan meminum darah ular sebagai sumber makanan, kemudian kawin dan berkembang biak di badan ular. Oleh karena itu, jika tidak segera dibasmi bisa berakibat fatal. 

Selanjutnya kita perlu tahu darimana kutu bisa menginfeksi ular kesayangan kita. Kasus yang sering terjadi adalah ular yang baru kita peroleh membawa kutu, karena pemeliharaan yang tidak bersih di tempat sebelumnya. Bisa juga dari bedding atau alas kandang yang terinfeksi, misalnya serbuk gergaji yang mengandung kutu. Saya pernah mengalami ular mendapat kutu karena dekorasi kandang berupa kayu dari hutan yang belum dikeringkan dan dioven. 

Nah, jika ular kesayangan sudah positif terkena kutu, apa yang harus dilakukan?
  1. Karantina. Pisahkan ular yang terinfeksi dari ular-ular lain, dan segera periksa keadaan ular lain. Biasanya kutu sangat cepat menyebar dan baru ketahuan setelah semua populasi terinfeksi.
  2. Bersihkan kandang. Ganti semua bedding dan alas kandang, cuci bersih kandang dan tempat minum menggunakan disinfektan dan sabun. Jemur hingga kering dan ganti alas kandang yang baru. Sebisa mungkin gunakan alas kandang dari kertas selama karantina agar mudah dibersihkan dan dipantau.
  3. Minimalisir penggunaan aksesoris pada kandang. Kadang kita memasang hiding cave, aksesoris kayu, tanaman palsu, dan tangkringan kayu agar kandang menjadi menarik. Singkirkan dulu semua aksesoris ini, cuci bersih dan jemur. Selama karantina jangan dulu diberikan aksesoris yang tidak perlu.
  4. Treatment untuk ular. Banyak cara yang ditempuh hobiis untuk menghilangkan kutu dari ular. Intinya kita harus mengganggu siklus hidup kutu tersebut, sulit untuk membasmi kutu kecil dan telur kutu, sehingga yang diincar adalah kutu dewasa. Beberapa cara yang dapat dilakukan umumnya merendam ular dengan air hangat yang dicampur rebusan sirih, menggunakan bubuk dari kapur semut yang dioleskan ke badan ular, mengoleskan minyak zaitun ke badan ular, dan menggunakan obat-obatan seperti Provent-a-Mite atau Mite Guard. Cara-cara tersebut merupakan usaha untuk melepaskan kutu dewasa dari badan ular, lakukan secara rutin dan berkala agar semua kutu terlepas dan ular bebas kutu. 
  5. Konsisten dan sabar. Perawatan untuk menghilangkan kutu memerlukan waktu, walaupun sudah yakin kutu hilang, sebaiknya pertahankan treatment selama satu bulan berikutnya agar kutu benar-benar hilang.
Beberapa langkah di atas merupakan hal yang bisa dilakukan jika ular teman-teman terkena kutu? Apakah ada cara-cara lain? Tentu, banyak trik yang digunakan oleh hobiis reptil lain, jika kebetulan teman-teman memiliki cara lain silahkan share disini juga :D

Selanjutnya selalu pastikan kandang bersih untuk mencegah kutu datang lagi, tidak ada salahnya menaburkan kapur semut di sekitar kandang. Saat menggunakan obat luar (pestisida) selalu perhatikan agar tidak tertelan oleh ular. Jika memiliki ular baru, sendirikan untuk beberapa minggu sebelum dicampur bersama ular yang lain. Semoga bermanfaat :D







Dasar Pemeliharaan Dipong (P. curtus, P. breitensteini, P. brongersmai)

Tuesday, August 25, 2015

Dasar Pemeliharaan Dipong (P. curtus, P. breitensteini, P. brongersmai)


Nama umum                    
dipong, sanca kendang, sanca darah

Family &  Nama Ilmiah     
 Boidae, Python brongersmai , Python curtus, Python breitensteini

Ciri – ciri umum                 
 Dipong memiliki warna beragam, mulai coklat, merah darah, hingga hitam, tergantung subspesies. P. Curtus (Sumatra Short Tailed) umumnya merupakan jenis yang paling kecil dengan warna saat dewasa hitam kecoklatan hingga hitam legam, beberapa memiliki kepala berwarna kuning. P. Brongersmai (Blood Python) merupakan jenis yang lebih besar dengan warna saat dewasa cenderung merah darah dengan corak kecoklatan pada badannya, beberapa spesimen memiliki warna coklat yang lebih terang sehingga nampak hampir kekuningan. Jenis yang terakhir P. Breitensteini (Borneo short Tailed) berukuran sedang dengan warna coklat tua.

Persebaran                         
Asia Tenggara, pulau Sumatra hingga Kalimantan

Ukuran                                 
 P. Curtus umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil daripada lainnya, berkisar pada 90 cm. P. Breitensteini berukuran sedang berkisar 150 cm, sedangkan P. Brongersmai merupakan jenis yang paling besar dengan panjang dapat mencapai 200 cm. Saat hatchling semuanya rata-rata memiliki ukuran 30 cm.

Kandang                            
 Untuk hatchling dapat digunakan kandang/kontainer plastik berukuran 40 x 20 cm, tinggi kandang tidak terlalu penting. Sedangkan dipong dewasa memerlukan kandang custom yang lebih besar. Rumus umum yang digunakan untuk menentukan kandang : panjang kandang setidaknya 2/3 dari panjang ular dan lebar kandang 1/3 dari panjang ular. Untuk hatchling seringkali diperlukan hiding cave untuk memberikan rasa aman dan nyaman, setidaknya hingga dipong sudah makan secara teratur dan terbiasa dengan kehadiran manusia. Yang harus menjadi catatan  adalah habitat hidup di alam, umumnya dipong hidup ditawa-rawa yang lembab. Sebaiknya gunakan substrat yang lembab, seperti moss atau berikan bak air yang cukup besar untuk berendam.

Diet                                        
 Jumper mencit hingga marmut masuk ke dalam menu ular yang satu ini. Saat hatchling umumnya mereka dapat dengan mudah menerima mencit jumper, semakin besar ukuran ular semakin besar pula pakan yang dapat diberikan. Ukuran maangsa yang baik berukuran 2 - 3 x dari kepala ular, hal ini akan memacu pertumbuhan ular. Daripada mangsa berukuran kecil yang banyak, ular lebih cepat tumbuh dengan mangsa berukuran besar.hal yang patut diperhatikan adalah dipong tidak poop/buang air air sesering ular lain (pada umumnya seminggu sekali). Pencernaan dipong memang lebih lambat sehingga dapat poop beberapa minggu bahkan bulan. Tetapi pakan tetap dapat diberikan 1 kali seminggu, jika ular menolak makan dapat diberikan lagi seminggu kemudian. Walau dipong ular yang memiliki badan relatif gemuk, usahakan jangan memberikan pakan secara berlebihan, permberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan mogok makan dimasa mendatang.

Perilaku umum                 
Dipong lebih seperti ular yang pasif dan menunggu untuk menyergap mangsanya. Di dalam kandangnya ular jenis ini tidak akan sering bergerak. Walaupun demikian jangan salah kira bahwa dipong adalah ular yang lambat, gigitannya kuat dan dapat bergerak cepat, bahkan saat terdesak dipong dapat melenting (melempar diri ke udara) untuk menghindari bahaya. Dipong hasil tangkapan liar, terutama yang dewasa, kerap menunjukkan perilaku agresif dan defensif. Dipong hasil ternak yang telah terbiasa dengan manusia sejak kecil dapat menjadi peliharaan yang sangat tenang dan aman.

Penyakit                              
Penyakit yang sering terjadi pada dipong adalah pilek. Walaupun dipong memerlukan lingkungan yang lembab, tetap berikan sebagian wilayah kandang area yang kering. Pilek dapat diketahui dari adanya lendir pada nostril (lubang hidung) atau mulut ular. Sering kali ular akan tampak tak tenang dan posisi kepala menengadah ke atas dan sesekali terdengar suara nafas yang berat (bedakan dengan hissing, mendesis saat ular terancam). Pilek dapat ditangani dengan meningkatkan suhu kandang dan menurunkan tingkat kelembaban. Ganti substrat dengan bahan yang kering dan naikkan suhu 5-7 derajat dapat membantu proses pemulihan. Penyakit lain yang sering terjadi adalah gagal sheding atau kulit yang kering pada hatchling, hal ini terjadi akibat kandang yang kurang lembab. Selalu karantina dan sendirikan ular baru dan sakit dari koleksi lainnya. Untuk menghindari penyakit selalu jaga kebersihan kandang dan tempat minum.

Dipong dapat menjadi peliharaan yang unik dan menarik. Bentuk badannya yang bantet memberikan kesan lucu pada ular yang satu ini. Walaupun demikian, jika memilih ular jenis ini bersiaplah memberikan perhatian yang lebih dibanding ular jenis lainnya.


Dasar Pemeliharaan Retic (Python reticulatus)

Friday, May 22, 2015

Species 101 Retic (Python reticulatus)

Setelah artikel sebelumnya membahas 'What to do', artikel kali ini akan membahas lebih dekat mengenai spesies Python reticulatus. Salah satu ular favorit yang dipelihara hobiis.



Nama umum                      : retic, sanca kembang, sanca batik

Family &  Nama Ilmiah    : Boidae, Python reticulatus

Ciri – ciri umum            : memiliki bentuk tubuh yang ramping dan panjang, memiliki garis hitam dari celah antara mata hingga ke leher dan corak pada punggungnya berbentuk belah ketupat, lingkaran, atau rantai yang bersambung dengan warna hitam. Warna dasar abu-abu, olive, hingga kuning. Corak dan warna memiliki beragam variasi tergantung asal daerah. Saat ini juga telah terdapat banyak mutasi warna yang dikembangkan hingga menciptakan warna-warna yang menarik, misalnya albino, golden child, tiger, ivory, montley, dan masih banyak lagi. Selain warna panjang retic pun beragam tergantung asal lokasi geografisnya. Secara umum dikenal dua jenis retic yaitu mainland dan dwarf. Retic mainland merupakan retic yang berasal dari pulau-pulau besar, misalnya Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Tersedianya mangsa dalam jumlah besar dan wilayah jelajah yang luas membuat retic dari pulau-pulau ini tumbuh besar. Sementara retic dwarf berasal dari pulau-pulau kecil (terutama di sekitar Sulawesi), batasan geografis menyebabkan retic di daerah ini beradaptasi menyusutkan ukurannya. Beberapa variasi bahkan memiliki ukuran yang ekstrem dan disebut super dwarf.

Persebaran                   : Asia Tenggara

Ukuran                        : hatchling retic mainland berukuran ± 90 cm, sedangkan retic dwarf berukuran jauh lebih kecil. Retic dewasa mainland dapat mencapai panjang 10 meter, namun lebih sering ditemukan berukuran 5-6 meter, sedangkan retic dwarf relatif lebih kecil dan dapat mencapai 3-4 meter, bahkan beberapa jenis super dwarf hanya mencapai panjang dibawah 2 meter.



Kandang                     : Untuk hatchling dapat digunakan kandang/kontainer plastik berukuran 40 x 20 cm, tinggi kandang tidak terlalu penting. Sedangkan retic dewasa memerlukan kandang custom yang lebih besar. Rumus umum yang digunakan untuk menentukan kandang : panjang kandang setidaknya 2/3 dari panjang ular dan lebar kandang 1/3 dari panjang ular. Untuk hatchling seringkali diperlukan hiding cave untuk memberikan rasa aman dan nyaman, setidaknya hingga retic sudah makan secara teratur dan terbiasa dengan kehadiran manusia.

Diet                               : mulai mencit hingga kambing merupakan range menu dari retic. Hatchling umumnya dapat langsung menelan mencit dewasa, semakin besar dapat berpindah menu menjadi rat, marmut, ayam, kelinci, dan kambing. Retic dwarf (kepulauan) umumnya berukuran kecil, sehingga ukuran mangsa pun relatif kecil. Ukuran maangsa yang baik berukuran 2 - 3 x dari kepala ular, hal ini akan memacu pertumbuhan ular. Daripada mangsa berukuran kecil yang banyak, ular lebih cepat tumbuh dengan mangsa berukuran besar. Pakan dapat diberikan seminggu sekali, untuk retic dewasa dengan menu makan besar dapat diberikan 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.



Perilaku umum              : retic merupakan ular yang cerdas, sangat aktif, dapat bergerak dengan cepat, dan memiliki nafsu makan yang besar. Dengan pemeliharaan yang baik dan interaksi yang intensif, retic akan terbiasa dengan manusia. Retic tangkapan liar umumnya sangat defensif dan sulit menerima kehadiran manusia. Retic yang jarang berinteraksi dengan manusia umumnya akan menjadi lebih agresif. Retic yang jinak pun dapat menggigit pemiliknya jika merasa terancam dan bangkitnya nafsu makan akibat bau pakannya. Gigitan retic dewasa dapat berbahaya jika dihadapi sendirian, setidaknya diperlukan 2 atau 3 orang untuk menangani ular berukuran diatas 3 meter untuk menghindari hal-hal yang fatal. Pada musim kawin atau jika birahi retic jantan umumnya dapat menjadi agresif.

Penyakit                     : penyakit yang sering terjadi pada retic adalah rubing. Rubing terjadi akibat retic menggesekkan mulutnya ke kandang karena lapar atau ingin keluar, rubing yang telah parah dapat menimbulkan infeksi pada mulut dan menyebabkan sariawan parah. Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan memberikan pakan secra teratur dan menyediakan hiding cave untuk bersembunyi. Sedangkan untuk pengobatan dapat menggunakan obat luka biasa dan sariawan dapat diobati dengan albotyl. Tapi ingat, selalu lebih baik mencegah daripada mengobati. Penyakit lain umumnya kutu (terutama bagi retic dari tangkapan liar), pilek akibat perubahan suhu yang ekstrem. Selalu karantina dan sendirikan ular baru dan sakit dari koleksi lainnya. Untuk menghindari penyakit selalu jaga kebersihan kandang dan tempat minum.

Retic akan menjadi ular peliharaan yang menyenangkan bagi pemilik yang bertanggung jawab dan merawat dengan baik, dengan interaksi yang intensif retic akan menjadi ular yang bersahabat bahkan bagi anak-anak. Jika memilih ular jenis ini bersiaplan menghadapi pertumbuhan yang super cepat dan menyiapkan kandang serta pakan bagi ular berukuran raksasa.

Seperti biasa, artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman saya memelihara retic selama ini, jika ada hal-hal yang ingin ditambahkan dari teman-teman sekalian silahkan komentar atau hubungi saya. Informasi yang bermanfaat dengan senang hati akan dimasukkan sebagai tambahahan bahan.


What to do : Memilih Ular

Saturday, May 16, 2015

What to do : Memilih Ular


Memilih peliharaan merupakan hal yang gampang-gampang susah. Sering kita terpukau oleh keindahan corak dan warna sehingga mengabaikan hal-hal mendasar lain yang sangat penting diperhatikan, contohnya kesehatan. Memilih ular yang sehat merupakan keharusan, agar kelak kita tidak meyesali ular yang kita beli tiba-tiba sakit atau mati mendadak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memilih ular yang sehat. Sebaiknya belilah ular secara langsung bertemu dengan penjualnya, sehingga kita dapat langsung melihat keadaan ularnya. Cukup banyak kasus penipuan di dunia reptil yang sekarang semakin ramai, kita harus lebih berhati-hati untuk melakukan transaksi.

1. Beli Hasil Ternakan
Dalam dunia reptil kita akan akrab dengan istilah WC, CH, dan CB. WC merupakan singkatan dari wild caught atau merupakan tangkapan liar, sering sekali ditemui orang yang menjual ular tangkapan liar. Umumnya berukuran dewasa atau remaja, walau terkadang ditemui ular WC yang masih kecil. Ular tangkapan liar ini seringkali agresif dan defensif di kandang, lebih sulit untuk diberi makan, dan sering kali membawa penyakit. Untuk hobiis pemula sangat tidak disarankan membeli ular jenis ini. Yang kedua dalah CH atau captive hatch. Captive hatch merupakan ular yang ditetaskan di penangkaran namun induknya diperoleh dari tangkapan liar, sehingga proses perkawinannya terjadi di alam dan tidak melibatkan campur tangan manusia. Keterlibatan manusia hanya sebatas membantu menetaskan telur tersebut. Ular CH umumnya memiliki karakter yang lebih tenang, karena telah berinteraksi dengan manusia sejak menetas, walau beberapa kemungkinan agresif. Hal ini sesuai teori dari para breeder di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa karakter ular dapat diturunkan ke generasi berikutnya, ular jinak akan menghasilkan ular yang jinak pula. Tidak ada salahnya membeli ular CH karena cukup mudah dipelihara. Tetapi perhatikan pembelian ular dari hasil tangkapan alam, saat ini semua spesies Python telah masuk Appendix II (kecuali Python molurus yang telah masuk Appendix I) yang berarti dapat dinaikkan menjadi Appendix I jika populasi alaminya terancam akibat perburuan besar-besaran. Paling aman adalah memilih ular CB atau captive breed, ular yang merupakan hasil ternakan dari breeder. Ular-ular ini hampir pasti jinak dan terbiasa dengan manusia, selain itu kesehatannya juga terjamin, diketahui asal usul genetiknya secara jelas dan tersedia dalam beragam morph (mutasi) yang menawan. Selain membeli ular dengan kualitas yang lebih terjamin kita juga turut melestarikan ular agar tetap lestari di habitat aslinya.

2. Lihat Juluran Lidah Ular
Ular yang sehat akan menjulurkan lidahnya untuk dapat mengetahui keadaan di sekitarnya. Lidahnya akan menangkap partikel udara dan diteruskan ke otak melalui organ Jacobson. Ular yang sehat akan menjulurkan lidahnya dengan kecepatan sedang, tidak terlalu cepat. Umumnya ular yang masih agresif akan menjulurkan lidahnya dengan cepat, dan jika juluran lidahnya lambat kemungkinan besar ular tersebut sakit.

3. Periksa Mulut dan Hidung Ular
Keadaan hidung dan mulut dapat menjadi indikator keadaan ular. Ular yang sehat mulut dan hidungnya akan bersih dari lendir atau cairan berlebihan. Perhatikan baik-baik pada lubangnya dan dengarkan suara nafasnya. Beberapa ular memang akan mendengus nafasnya, tetapi dapat dibedakan dengan suara nafas ular yang sakit akibat pilek. Tapi jangan salah menerka hissing ular dengan suara nafas akibat pilek. Ular terkadang akan mendesis jika merasa tidak nyaman, hal ini sangat wajar dan bukan berarti sakit.

4. Raba Tubuh Ular
Raba tubuh ular untuk mengetahui keadaan tulang ular dari leher hingga ke ekor, untuk memastikan tidak ada tulang yang patah atau bengkok. Perhatikan pula rahang ular, apakah normal atau tidak. Selain itu dengan meraba tubuh ular kita dapat mengetahui apakah ular tersebut makan dengan cukup atau tidak. Perhatikan pula jika ada tonjolan-tonjolan pada sekujur tubuhnya, tonjolan tersebut biasanya merupakan cacing atau cacar. Perhatikan juga keadaan kulitnya apakah licin dan mulus serta cukup lembab. Jika ada luka luar misalnya bekas gigitan tikus atau terkena benda tajam akan dapat ketahuan dari proses meraba ini.

5. Jangan Ragu Bertanya
Jangan ragu bertanya kepada pemilik sebelumnya mengenai riwayat perawatan ular tersebut, pemilik yang baik akan menjelaskan bahkan menerima konsultasi setelah proses pembelian. Dengan menanyakan langsung anda akan mengetahui lebih jauh mengenai kondisi ular tersebut, misalnya diet favoritnya, kapan terakhir poop, dan kebiasaan lain yang hanya diketahui pemilik sebelumnya.

6. Pilih Ular Sesuai Kemampuan Anda
Pilihlah spesies ular yang akan anda pelihara dengan bijak. Hal ini akan sangat berpengaruh kedepannya. Sebelum memutuskan memelihara selalu lakukan penelitian kecil seputar kebutuhan hidup yang akan diperlukan oleh ular yang anda minati. Jika anda hobiis pemula, sangat tepat untuk memulai dengan ular yang relatif jinak, tenang, dan berukuran tidak terlalu besar. Contoh ular yang tepat adalah ballpython, cornsnake, milksnake, dan kingsnake. Keempat ular tadi memang spesies impor, dan yang ada di Indonesia merupakan hasil jerih payah breeder baik lokal maupun asing, keempatnya relatif tenang dan jinak serta hanya akan mencapai ukuran dibawah 2 meter. Jika merasa telah cukup pengalaman dan mampu bertanggungjawab merawat ular yang lebih besar tidak ada salahnya mulai melirik dipong (blood python, borneo short tail, dan sumatra short tail), retic, atau spesies yang lebih besar lainnya. Perhatikan kebutuhan pakan tiap minggu dan perkandangan yang diperlukan. Jenis retic dan molu (Python molurus) dapat dengan mudah mencapai ukuran 3 meter dalam 1 tahun jika diberi pakan dengan cukup. Ada juga ular-ular yang memerlukan perlakuan khusus, misalnya carpet python (Morelia spilota) dan chondro/green tree python (Morelia viridis) yang sering kali moody dan menolak makan, untuk menjaga tubuhnya agar tetap atletis untuk memanjat pohon. Kebiasaan dan hal-hal kecil seperti ini dapat dipelajari melalui literatur maupun pengalaman. Selalu berusaha ketahui sebanyak mungkin mengenai ular kesayangan anda agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.




CITES dan Appendix

Thursday, April 23, 2015

Barang kali kita sering mendengar istilah "CITES" atau "appendix" dalam dunia hobiis reptil. Tapi apa sebenarnya arti dari istilah-istilah tadi? Jika teman-teman semua merupakan hobiis yang antusias untuk memelihara berbagai jenis spesies reptil, ada baiknya perdalam informasi mengenai CITES. 

  • CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) atau konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies tumbuhan dan satwa  liar, merupakan suatu pakta perjanjian yang berlaku sejak tahun 1975. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan Keputusan Pemerintah No. 43 Tahun 1978.
  • CITES merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat  (treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesies tumbuhan dan stawa dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut,
  • CITES merupakan perjanjian yang memuat tiga lampiran (appendix) yang terdiri dari :
    1. Appendix I yang memuat daftar dan melindungi seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara komersial,
    2. Appendix II yang memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan,
    3. Appendix III yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I
  • CITES merupakan komitmen dari 145 negara anggota mengenai prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh CITES secara khusus, bahwa perdagangan dalam bentuk apapun dari spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi telah menjamin kelestariannya;
  •  CITES merupakan suatu proses dimana negara-negara anggotanya berkerja bersama untuk menjamin bahwa perdagangan tumbuhan dan satwa liar dilaksanakan sejalan dengan perjanjian CITES,

Daftar lengkap spesies yang dilindungi dan termasuk ke dalam CITES dapat diperiksa pada sumber berikut : CITES


Dari daftar yang dimuat pada laman diatas kita masing sering menemukan spesies Appendix I yang dijual dengan bebas, terutama di jejaring sosial. Beberapa spesies yang sering saya lihat ditawarkan misalnya Varanus nebulosus dan Python molurus molurus. Di Indonesia sebagian besar spesies reptil masih termasuk ke dalam Appendix II yang jika dilakukan perburuan secara terus-menerus dapat menjadi terancam "naik tingkat" ke Appendix I misalnya Crocodilus porosus dan hampir semua Python sp

Selain CITES yang harus diperhatikan saat memilih reptil yang akan dipelihara adalah Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, jika tertarik membaca lebih lanjut dapat di download disini

Pada UU tersebut terdapat pasal 21 yang berbunyi :

Pasal 21
(1) Setiap orang dilarang untuk :

a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

(2) Setiap orang dilarang untuk :

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.

Dengan perkecualian yang disebutkan pada Pasal 22 untuk kepentingan penelitian atau hewan tersebut membahayakan kehidupan manusia.

Pelanggaran terhadap pasal 21 diatur pada Bab XII mengenai Ketentuan Pidana Pasal 40 ayat (2) dan (4)

(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Nah, dengan demikian jelaslah ada hukum pidana jika dengan sengaja memperdagangkan reptil-reptil yang dilindungi. Bahkan baru-baru ini di salah satu stasiun televisi swasta saya melihat buaya (Crocodilus porosus) sepanjang 2 meter yang disita karena pemiliknya tidak memiliki izin memelihara. Ada baiknya sebelum memelihara cari tahu dulu informasi sebanyak mungkin mengenai reptil yang akan kita pelihara. sebisa mungkin hindari binatang yang berasal dari hasil penangkapan liar, selalu tanyakan asal usul binatang yang akan kita beli. Sebisa mungkin belilah dari bredeer-bredeer reptil yang telah mulai banyak tersebar di Indonesia, agar reptil-reptil yang kita kagumi tidak habis dilingkungan alaminya :D.


Bedding / Media dalam Kandang

Friday, April 17, 2015

Reptil 101
 Bedding / Media dalam Kandang

Setelah sebelumnya membahas mengenai introduksi pemeliharaan reptil, kali ini saya akan membahas mengenai bedding/substrat  yang sering digunakan oleh reptile keeper. Pertama-tama kita tentu perlu mengetahui fungsi substrat  tersebut. Bedding merupakan media hidup (tempat hidup dan beraktifitas) reptil yang kita pelihara. Di media inilah reptil peliharaan kita akan makan, minum, poop, pee, tidur dan mengeksplorasi kandangnya. Sebagai media hidup tentunya terdapat beberapa kriteria alas kandang yang baik, agar reptil kesayangan kita sehat selalu. Kriteria tersebut antara lain :

1. Tidak Beracun
Beberapa bahan dapat berbahaya bagi jenis reptil tertentu. Baik karena kandungan di dalam bahan, maupun bahaya secara mekanis (tertelan, masuk ke mata, terhirup, dan sebagainya). Pastikan reptil kesayangan anda tidak menelan media kandang tersebut untuk mencegah terjadinya kematian atau sakit. Media yang beracun misalnya aspen.

2. Mudah dibersihkan
Substrat yang  baik merupakan substrat yan mudah dibersihkan. Baik dengan pembersihan total maupun pembersihan lokal (pada titik tertentu/spot cleaning).

3. Mudah Diperoleh
Sebaik apapun bahan, jika susah diperoleh akan menurunkan nilainya. Ada baiknya pula kita selalu memiliki cadangan dalam jumlah cukup, jika sewaktu-waktu diperlukan, misalnya baru membeli peliharaan dan belum sempat ke pet shop.

Jenis bedding yang digunakan oleh keeper untuk memelihara reptilnya cukup bermacam-macam. Tapi semua jenis bahan tersebut saya kelompokkan menjadi 3 jenis, bedding berbentuk lembaran, berbentuk cacahan/parutan, dan berbentuk pasir/butiran.


 Bedding yang berbentuk lembaran pun cukup beragam misalnya kertas koran, tissue, kertas hvs, kertas kardus, dan jenis kertas lainnya. Beberapa keeper bahkan menggunakan karpet mie karet dan lembaran bekas banner untuk alas reptilnya.
  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya hampir semua jenis kertas dapat digunakan sebagai media kandang. Saya pernah menggunakan kertas koran, hvs, kardus, dan kertas lainnya sebagai alas dan tidak pernah mendapat masalah berarti.

 Dapat digunakan pula untuk bersembunyi (bersembunyi diantara lembaran kertas), sangan baik untuk ular berukuran kecil yang masih pemalu. Berikan kertas tidak hanya 1 lembar sebagai alas, berikan 1 lagi sebagai penutup di atas ular, boleh juga berikan 1 lembar kertas yang telah diremas berbentuk bola.

 Murah, koran bekas sangat murah, jika anda mahasiswa tingkat akhir lembaran-lembaran kertas skripsi maupun tesis bekas konsultasi dapat dijadikan alas kandang yang cukup baik.



Kertas Koran, salah satu bedding lembaran yang sering dipakai

  • Kekurangan
Harus rajin diganti, substrat kertas cepat basah dan tidak dapat mengikat kelembaban sehingga begitu basah terkena pee, poop, maupun air yang tumpah harus segera diganti agar tidak menimbulkan penyakit. Untuk substrat berbahan karet yang anti air, jika basah harus segera dicuci atau diganti.

 Kurang bagus jika digunakan sebagai display, jika ingin memiliki kandang reptil yang apik dan terkesan alami, penggunakan media kertas bekas tidak akan tampak bagus.

Beberapa masalah lain misalnya kertas cenderung dingin di malam hari jika digunakan pada kandang kaca, namun saya belum pernah mengalami hal semacam ini. Jika terjadi, dapat diatasi dengan penggunaan ceramic heat ataupun heat tape, kedua benda tadi menghasilkan panas tanpa cahaya sehingga tidak mengganggu reptil saat beristirahat malam.


Bedding berbentuk cacahan/parutan, bedding yang berbentuk cacahan atau parutan umumnya merupakan produk alami. Beberapa contohnya antara lain, cocochip, cocopeat, corn cob, forest bark, spagnum moss dan serbuk kayu.

Cocochip merupakan media yang berbentuk bulatan besar dan terbuat dari sabut kelapa. Bahan ini dapat menyerap kelembaban dan sangat baik untuk jenis kadal-kadal besar. Saya sendiri tidak pernah menggunakan bahan ini untuk ular.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya saat ini cocochip mudah diperoleh, dapat dibeli secara online maupun di tempat penjual tanaman.

 Menyerap kelembaban, pee maupun poop, tidak menjadi masalah karena air dapat diserap, penggantian dapat dilakukan sebulan sekali tergantung keadaan.

  • Kekurangan
 Berukuran relatif besar, sehingga kurang cocok sebagai media  kandang kadal berukuran kecil.


Cocopeat merupakan hasil pemarutan dari sabut kelapa sehingga berukuran sangat kecil, hampir menyerupai tanah dengan serat-serat tanaman alami. Teksturnya yang serupa tanah menyebabkan cocopeat dapat digunakan untuk media kandang banyak jenis binatang, misalnya Tarantula, Kumbang, Reptil, dan lain-lain.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, umumnya saat ini cocopeat mudah diperoleh, dapat dibeli secara online maupun di tempat penjual tanaman.

 Mudah dibersihkan, terutama saat spot cleaning.

 Menjaga kelembaban, cocopeat umumnya dipasarkan dalam bentuk basah dan sangat baik untuk reptil yang memerlukan kelembaban tinggi, kadang cocopeat digunakan juga sebagai media penetasan telur.

  • Kekurangan
Rawan tertelan, bentuknya yang menyerupai tanah dan mudah menempel menyebabkan cocopeat mudah tertelan tanpa sengaja.

  Kadang dapat terlalu lembab, untuk kandang dengan ventilasi tidak terlalu baik cocopeat dapat menjadi terlalu lembab, akibatnya pee maupun poop reptil yang tidak segera dibersihkan akan berjamur.


Corn cob dan Forest Bark merupakan media yang berbentuk cacahan, jika corn cob berasal dari bonggol jagung, forest bark berasal dari kayu. Kedua bahan ini berukuran sedang dan dapat digunakan sebagai alas reptil yang cukup baik.




Corn cob (atas) dan Forest bark (bawah)


  • Keunggulan
Mudah dibersihkan, terutama saat spot cleaning.

 Menyerap kelembaban, pee maupun poop, tidak menjadi masalah karena air dapat diserap, penggantian dapat dilakukan sebulan sekali tergantung keadaan.

  • Kekurangan
Harganya cukup mahal, umumnya dijual dalam kemasan 1 kg di pet shop dan harganya cukup mahal terutama jika anda memiliki banyak kandang yang harus diisi.


Spagnum moss merupakan sejenis lumut, tersedia dalam bentuk basah dan kering. Umumnya digunakan sebagai media kandang amphibi, hatchling, maupun reptil yang memerlukan kelembaban tinggi.


  • Keunggulan
Menjaga kelembaban, media ini sangat baik menjaga kelembaban, beberapa orang juga menggunakan sebagai media inkubasi telur

  • Kekurangan
Harganya cukup mahal


Serbuk kayu merupakan media kandang yang paling sering saya gunakan. Berbahan dasar kayu yang telah diparut.


  • Keunggulan
Mudah diperoleh, serbuk kayu tersedia hampir di semua pet shop.

 Murah, harganya relatif terjangkau.

  Mudah dibersihkan saat spot cleaning, dapat diganti secara keseluruhan sebulan sekali.

  • Kekurangan
Rawan tertelan, karena sifatnya yang menempel dan ukurannya yang kecil serbuk kayu seringkali tertelan.


Bedding yang berbentuk pasir atau butiran misalnya zeolit, pasir kucing, desert sand. Jenis substrat ini umumnya digunakan untuk reptil yang berasal dari padang pasir dan memerlukan tingkat kelembaban cukup rendah, misalnya gecko.



Desert sand (atas) dan zeolit (bawah)
  • Keunggulan
 Mudah diperoleh, tersedia hampir di semua pet shop.

  Mudah dibersihkan saat spot cleaning, dapat diganti secara keseluruhan sebulan sekali.

  Bagus digunakan sebagai media kandang pameran, karena tampilan yang alami

  • Kekurangan
Rawan tertelan, karena sifatnya yang menempel dan ukurannya yang kecil sering kali mudah tertelan.

 Desert sand cukup mahal harganya dibanding zeolit

 Beraat, terutama desert sand dan jenis pasir malang


Masih banyak lagi jenis media bedding yang sering digunakan, misalnya pakis, biji millet, tanah, dan pasir malang. Banyak media tersebut tidak pernah saya gunakan. Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya selama memelihara reptil,  jika teman-teman ada yang bersedia menambahkan informasi lain yang berhubungan dengan substrat atau media kandang silahkan tinggalkan pesan atau hubungi saya melalui email. Yang paling penting apapun media kandangnya selalu rajin untuk menjaga kebersihannya agar reptil peliharaan kita selalu sehat. Jadilah reptile keeper yang bertanggung jawab :D.



Introduksi Awal Memelihara Reptil

Sunday, April 12, 2015


Salah satu jenis binatang yang populer menjadi peliharaan saat ini adalah reptil. Tapi apakah reptil itu sendiri? Ada berapa jenis reptil yang dapat dipelihara? Mengapa reptil semakin populer sebagai binatang peliharaan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut umum ditanyakan oleh pecinta binatang yang akan mengadopsi reptil untuk dipelihara, untuk itu ada baiknya kita mengedukasi diri kita sebaik mungkin sebelum memutuskan memelihara reptil di rumah kita.

Reptil merupakan binatang bertulang belakang. Berbeda dengan mamalia dan aves, reptil merupakan binatang "berdarah dingin" atau eksothermik, hal ini berarti reptil mendapatkan panas tubuhnya bukan dari proses metabolisme dari dalam badan melainkan dari sumber panas luar, misalnya sinar matahari. Ciri lain dari reptil adalah seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik. Umumnya reptil berkembang biak dengan bertelur (ovipar) walaupun beberapa spesies tertentu diketahui bertelur melahirkan (ovovivipar). Reptil terdiri dari empat ordo, yaitu Squamata (kadal, amphibi, dan ular), Testudines (kura-kura dan penyu), Crocodylia (buaya dan aligator), dan Rhynchocephalia (tuatara). Secara keseluruhan reptil terdiri dari 8000 lebih spesies yang telah ditemukan.


Foto Varanus indicus

Beberapa jenis reptil yang sering dipelihara adalah kadal dan ular. Jenis-jenis amphibi seperti katak dan salamander pun tidak kalah banyak peminatnya. Kadal-kadal yang sering dipelihara umumnya yang memiliki ukuran cukup besar, misalnya jenis biawak dari genus Varanus, Sailfin Dragon (Soa Layar) dari spesies Hydrosaurus sp, dan jenis Blue Tongue Skink dari spesies Tiliqua sp yang tersebar di Indonesia timur dan Australia. Kadal dari spesies-spesies tadi umumnya dapat berukuran cukup besar untuk dipelihara, walaupun beberapa spesies misalnya Varanus salvator dapat mencapai panjang 3 meter dan dapat membahayakan bagi pemula. Sementara untuk jenis ular yang sering dipelihara adalah jenis ular piton, jenis ular ini tidak berbisa dan mengandalkan lilitan untuk melumpuhkan mangsanya. Beberapa spesies yang populer dipelihara adalah Python reticulatus (Sanca batik), P. curtus brongersmai, P. curtus curtus, P. curtus breitensteini (Dipong, sanca gendang/darah), Morelia spilota (carpet python), dan banyak lagi.


Foto Python reticulatus (Sanca batik)

Dari banyak spesies yang telah disebutkan memiliki corak yang menarik. Tampilah luar yang eksotis ini yang memikat orang untuk memelihara reptil. Selain itu reptil relatif tidak memerlukan perawatan yang mahal, sebagai contoh seekor ular dapat makan hanya seminggu sekali. Nilai lebih lain adalah sebagian reptil tidak berisik (tidak bersuara) sehingga tidak menyebabkan kegaduhan di dalam rumah. Saya sendiri lebih memilih ular jenis piton karena praktis dan lebih tahan saat harus ditinggal keluar kota. Apapun reptil pilihan yang akan dipelihara, selalu pastikan untuk mencari tahu mengenai perawatan, perkandangan, dan segala informasi yang akan menjadi pegangan selama anda memelihara reptil tersebut. Ingat, jadilah reptile keeper yang bertanggung jawab.